Lewati navigasi

Hanya sebuah Renungan : Indonesia…….. Mulai tahun 2004 hingga sekarang musibah silih berganti, baru-baru ini (Rabu, 30/09/2009, pukul 17:16) terjadi musibah Gempa bumi dengan kekuatan 7,6 skala Richter di Sumbar. Pemberitaan melalui media masa, tv maupun internet sangat gencar. banyak ditampilkan photo-photo korban yang sangat memiluhkan. Kejadian musibah alam ini telah menimbulkan kerugian yang sangat besar, baik nyawa, harta benda maupun infrastructure.
Gempa Bumi di Padang Pariaman – Sumbar ada yang misterius pada jam kejadiannya : pukul 17:16 WIB. Dari hasil ngobrol sama teman membahas musibah ini,  khok bicaranya waktu kejadian diulang-ulang, iseng-ieseng membuka Al-Qur’an surah 17 – ayat 16, ternyata isinya ultimatum Allah kepada manusia.

SURAT 17. AL ISRAA’ – ayat 16:

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.

Tentang jam kejadian musibah ( 17:16 ) dengan Surah 17-ayat 16, hanya Allah yang Maha Tahu. Mudah-mudahan sebuah kebetulan saja. Yang terpenting kita ambil hikmanya dan dijadikan sebagai pelajaran dalam kehidupan agar kita tidak termasuk  orang-orang yang hidup mewah yang tidak menanaati perintah Allah”.

-0O0-

Sumber : http://nasional.vivanews.com/

  • Di Sinilah Pusat Gempa Sumatera Barat

Senin, 5 Oktober 2009, 09:12 WIB
Heri Susanto
VIVAnews – Gempa bumi dengan kekuatan 7,6 skala Richter di Padang Pariaman telah memporakporandakan sebagian wilayah Sumatera Barat. Bahkan, kota Padang lumpuh dan hancur berantakan.

Data sementara menunjukkan 607 korban tewas. Padang dan Pariaman merupakan dua lokasi dengan korban terbanyak.

Di Kabupaten Padang Pariaman, korban tewas sebanyak 276 orang. Kawasan ini adalah tempat paling parah karena terjangan gempa. Sedangkan, korban di Kota Padang mencapai 231 orang. Korban di kota ini juga sangat besar karena jumlah penduduk yang cukup padat.

Di mana sesungguhnya letak pusat gempa yang terjadi pada Rabu, 30 September 2009, pukul 17:16:10 WIB.

Peta Gempa Sumbar.1

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Departemen Energi mengacu pada data BMKG, pusat gempa bumi terjadi di 0.84o LS dan 99.65o BT dengan kedalaman 71 km. Sedangkan, menurut 0.890°LS dan 99.961°BT dengan kedalaman 85 km.

Gempabumi ini diperkirakan berasosiasi dengan aktivitas zona Subduksi Sunda di sebelah barat Pulau Sumatra. Tsunami tidak terjadi pada kejadian gempabumi ini karena tidak terjadi deformasi dasar laut.

• VIVAnews

—– 0O0 —–

Sumber : http://www.surya.co.id/

  • Merasakan Detik-detik Gempa Mengerikan, Beruntung Saya Lolos dari Maut

Senin, 5 Oktober 2009 | 8:47 WIB

Pengantar Redaksi:
Ketika gempa dahsyat mengguncang Sumatera Barat (Sumbar), Rabu (30/9) pukul 17.16 WIB, wartawati Surya di Malang, Renni Susilawati, sedang berada di kota Padang. Ia nyaris menjadi korban. Berikut kesaksiannya:

Tulisan ini saya baru bisa buat setelah tiba di Malang, Jumat (2/10). Saat masih berada di kota Padang dan Pariaman, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Selain keluarga besar saya ikut menjadi korban, semua fasilitas pengiriman berita lumpuh. Listrik mati, telepon terputus. Saya benar-benar trauma, tidak tahu mau bikin apa.
Saya sudah berada di Pariaman seminggu menjelang Hari Raya Idul Fitri. Keluarga besar kami memang janjian untuk bertemu di kampung halaman. Suasana seperti ini jarang terjadi. Saya termasuk datang dari jauh. Memang, sejak kuliah di Universitas Brawijaya hingga kerja dan menjadi wartawan Surya, saya menetap di Malang, Jawa Timur.
Ketika gempa terjadi Rabu (30/9) pukul 17.16 WIB, saya sedang berada di kota Padang. Saya berputar-putar di tengah kota untuk mencari oleh-oleh buat teman-teman kerja. Karena besoknya, Kamis (1/10), saya sudah akan kembali dengan penerbangan pesawat BataviaAir Padang-Surabaya.

Hujan Deras
Teriakan panik dan isak tangis warga Padang dan Pariaman masih tergiang jelas di telinga saya. Wajah-wajah panik anak-anak yang menangis karena kehilangan ibu dan ayah mereka, serta orang dewasa yang panik melihat rumah yang menjadi tempat berteduh sudah rata dengan tanah, terus berulang kali hadir dibenak saya.
Tak ada lagi yang bisa saya – dan korban lainnya -lakukan usai gempa dengan kekuatan 7,6 Skala Richter (SR) menguncang dan memorak-porandakan daerah kami. Kami pun terpaksa tidur di teras rumah tetangga yang masih tersisa sambil menahan dinginnya guyuran hujan yang turun sesaat setelah gempa terjadi, hingga pagi hari.
Masih jelas betul dalam ingatan saya, sore hari itu cuaca tak sepanas biasanya di jantung kota Padang, ibu kota Sumatera Barat. Kota yang berada dekat dengan pantai itu terasa sangat bersahabat. Saya pun menjadi lebih bersemangat menghabiskan waktu mengitari pertokoan dan beberapa mall di Kota Padang sekadar melepas kerinduan setelah cukup lama tak pulang ke tanah kelahiran saya itu.
Namun kehangatan sore itu berubah menjadi kepanikan. Gempa dahsyat itu datang tanpa diawali gempa kecil seperti biasanya. Teriakan kepanikan dan tangisan terdengar dimana-mana. Angkutan kota (angkot) yang saya tumpangi dari Pasar Raya Padang menuju Tabing pun langsung berhenti di tengah jalan di kawasan Air Tawar Kota Padang tepatnya di depan Universitas Negeri Padang (UNP).
“Gempa besar, ayo… semua turun. Angkotnya hampir terbalik,” teriak Ujang, sopir angkot yang juga langsung keluar dari kendaraannya.
Para penumpang pun berhamburan turun dan berlari ke taman yang berada di tengah jalan raya. Namun besarnya goncangan gempa membuat saya dan adik perempuan saya, Resi, tak bisa menggapai taman kecil itu dan terjerembab jatuh ke aspal.
Belum lagi gempa yang mahadahsyat itu reda, sebuah biro perjalanan berlantai dua yang berada beberapa meter dari tempat saya berdiri pun ikut ambruk. Seketika debu putih akibat runtuhan gedung itu mengaburkan pemandangan saya. Sayup-sayup saya mendengar sejumlah orang berteriak asap putih itu adalah ombak laut yang datang menhantam Kota Padang. ”Jangan-jangan itu memang tsunami. Tampaknya umur kita hanya akan sampai disini,” ungkap Resi, sambil menangis.
Mendengar teriakan panik itu saya hanya bisa berdoa agar diberikan kesempatan untuk hidup. Saya berusaha lari menuju pohon besar di tengah jalan raya untuk menyelamatkan diri dari terjangan tsunami, meskipun saya kurang yakin upaya itu bisa menyelamatkan nyawa kami, jika tsunami benar-benar terjadi, mengingat tepat dibelakang kawasan UNP adalah laut lepas.
Belum lagi saya sempat memanjat ke pohon, gempa sudah reda dan beberapa orang berteriak menyatakan itu bukan buih ombak melainkan bangunan yang roboh. Saya pun berlari melihat bangunan yang sudah rata dengan tanah itu. Namun tak lama kemudian terdengar lagi suara bangunan ambruk. Ternyata lantai 1 bangunan kampus Stikes Putra Indonesia ikut roboh.
Tak lama beberapa warga Padang yang tak sempat melarikan diri dari teras beberapa bangunan yang ambruk terlihat merintih minta tolong. Mereka yang selamat karena berlari menjauhi bangunan langsung berlarian menyelamatkan mereka yang terkena reruntuhan. Dalam hitungan menit itu pula, para pengendara langsung memacu kendaraan mereka sekencang mungkin, dengan harapan bisa menyelamatkan diri dari isu tsunami.
Sebagian pengendara sepeda motor tampak membonceng korban gempa yang sudah berdarah-darah. Saya semakin ngeri melihatnya dan terus bersyukur saya masih bisa lolos dari maut tanpa cedera sedikit pun.
Tanpa berpikir panjang saya pun berusaha menghubungi orangtua dan kerabat di Pariaman, tempat keluarga besar saya sedang berkumpul. Namun, sinyal ponsel langsung error. Tak ada jalan lain lagi, saya pun berusaha mencari bus ke Pariaman dan mencari tahu apakah mereka selamat atau tidak. Dari Padang ke Pariaman yang berjarak 25 kilometer ditempuh tiga jam. Padahal biasanya Cuma satu setengah jam.
Sepanjang perjalanan petir terus menyambar dan hujan jatuh begitu deras seakan ikut menangis, melihat penderitaan bumi minang yang porak-poranda. Sepanjang perjalanan saya melihat banyak sekali rumah yang ambruk. Sebagian besar bangunan di kota Padang rata dengan tanah, termasuk beberapa hotel dan bangunan pemerintah.
Tokoh tempat saya berbelanja beberapa menit sebelumnya juga ikut ambruk. Kabarnya beberapa orang tewas ditempat itu. Saat melintas di kawasan pertokoan yang hancur, saya melihat langsung jenazah yang dievakuasi dari reruntuhan atau yang luka parah.
Melihat semua itu, adik saya terus menangis, mengkhawatirkan orangtua kami ikut terkubur bersama rumah kami di Pariaman.

Bus yang kami tumpangi tak bisa segera sampai di Pariaman, sopir bus jurusan Padang-Pariaman harus mencari jalur alternatif, karena jembatan di Lubuk Alung yang menjadi penghubung Padang dengan Pariaman tak bisa dilalui karena mengalami pergeseran yang cukup parah.

Saat sampai di Pariaman, kota itu serasa menjadi kota mati. Semua gelap karena aliran listrik langsung terhenti sesaat setelah gempa. Di tengah kegelapan itu saya mencari kendaraan menuju kampung kami Nagari Kampung Dalam, 20 Km dari Kota Pariaman. Saat sampai disana, 90 persen rumah dan bangunan sudah rata dengan tanah. Beruntung keluarga besar kami semuanya selamat, meskipun rumah kami ikut hancur.

”Tak ada lagi yang tersisa. Ini benar-benar cobaan. Tapi kita tak boleh putus asa, semua pasti ada hikmahnya,” ungkap Siti Sayang, bibi saya.
Ketika meninggalkan kampung halaman, Kamis (1/10) siang, saudara-saudara saya masih berusaha mengais-ngais barang yang bisa diselamatkan dari tumpukan reruntuhan. Untuk sementara, keluarga besar kami tinggal di tenda-tenda darurat. Di kampung itu cukup banyak warga yang tewas dan terjepit di antara puing-puing bangunan.

—– 0O0 —–

Sumber : http://www.surya.co.id/

  • Gempa Sumatra Barat: Mereka yang Masih Terkubur …

Sabtu, 3 Oktober 2009 | 10:18 WIB
Gempa Sumatera Barat menelan banyak korban. Sekitar 500 orang telah ditemukan tewas, 237 orang luka berat, 2.099 orang luka ringan. Kerusakan juga dahsyat. Rumah rusak berat sebanyak 11.945 unit, rusak sedang 3.046 unit, dan rumah rusak ringan 5.468 unit.

Seribuan orang masih terkubur reruntuhan di sejumlah bangunan yang roboh, antara lain:
* Di Hotel Ambacang diperkirakan 60-an orang masih tertimbun
* Di Adira Finace diperkirakan sekitar 30-40 orang tertimbun
* Di Pasar Inpres I Pasaraya Padang diperkirakan 100 orang
* Di Kantor Gubernur Sumbar dua orang
* Di Sugama College Jl Veteran Padang diperkirakan 20-30 korban
* Di STBA Prayoga sekitar 100 mahasiswa
* Di Gedung LIA-LBA sekitar 60 orang
* Di Gedung Bimbingan Belajar Quantum diperkirakan 30 orang tertimbun

Berdasarkan laporan Bupati Padang Pariaman Muslim Kasim kepada Presiden SBY, 282 orang masih tertimbun di empat desa di wilayahnya:
* Di Desa Lubuak Laweh tercatat 180 orang tertimbun
* Di Pulau Aie 39 orang tertimbun
* Di Desa Cumanak 50 orang
* Di kaki Gunung Tigo 13 orang tertimbun.

—– 0O0 —–

Sumber : http://www.antaranews.com/

  • Gempa Susulan di Sumbar Sudah 582 Kali

Senin, 5 Oktober 2009 12:16 WIB
Padang, (ANTARA News) – Jumlah gempa susulan pascagempa besar berkekuatan 7,6 Skala Richter yang terjadi pada Rabu (30/9) di Sumatra Barat (Sumbar), hingga Senin pagi sudah terjadi 582 kali.”Gempa susulan terus terjadi. Namun lebih kecil,” kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Padangpanjang, Taufik Gunawan, Senin.

Ditanya tentang isu gempa yang lebih besar, dia mengatakan, harus difahami bahwa Provinsi Sumatra Barat berada di daerah patahan Sumatra dan di jalur patahan Indo-Australia yang berada di pantai barat.

Karena itu, di kawasan ini memang berpotensi terjadi gempa besar, kata dia.

Menyangkut gempa besar, lanjut dia, tidak bisa diprediksi karena siklus gempa itu tidak teratur. Namun yang penting masyarakat tetap selalu waspada.

“Karena tinggal di daerah rawan gempa, kita harus memahami prosedur mitigasi,” kata dia.

Dia mengingatkan masyarakat di daerah ini untuk tidak panik saat terjadi gempa.

“Masyarakat harus mengerti melakukan apa saat terjadi gempa. Misalnya, apabila di dalam ruangan, usahakan berada di sudut ruangan. Lindungi kepala dari runtuhan bangunan,” kata Taufik mengingatkan.

Menyangkut siklus 200 tahunan gempa, dia mengatakan, sebetulnya isu itu bisa dijadikan sebagai upaya untuk mitigasi.

“Namun yang jelas siklus gempa itu tidak teratur, bisa cepat, bisa lambat. Kesimpulannya, tidak bisa diprediksi,” ujarnya.(*)

—– 0O0 —–

Photo- photo Tragedi Gempa Bumi di Sumatera Barat tanggal 30-09-200 pukul : 17:16

Evakuasi Korban
Evakuasi Korban
Sejumlah tim SAR mengevakuasi korban longsor pada hari ke lima di kawasan Desa Pulau Air, Kec. Patamuan, Kab. Padang Pariaman, Sumbar (4/10). Pada hari kelima pasca gempa yang menghantam daerah ini tim SAR dari negara Inggris, Jerman, Singapura, Jepang sudah mulai berdatangan untuk membantu pencarian korban longsor yang masih tertimbun. (ANTARA/Maril Gafur)Disiarkan: Senin, 5 Oktober 2009 10:01 WIB
-0O0-

Tim SAR Asal Inggris
Tim SAR Asal Inggris
Sejumlah tim SAR asal Inggris berjalan usai terjebak macet saat mereka menuju lokasi longsor untuk mengevakuasi korban longsor pada hari ke lima di kawasan Desa Pulau Air, Kec.Patamuan, Kab.PadangPariaman, Sumbar (4/10). Pada hari kelima pasca gempa yang menghantam daerah ini tim SAR dari Inggris, Jerman, Singapura, Jepang sudah mulai berdatangan untuk membantu pencarian korban longsor yang masih tertimbun. (ANTARA/Maril Gafur)Disiarkan: Senin, 5 Oktober 2009 09:59 WIB
-0O0-
Selamatkan Harta
Selamatkan Harta
Sejumlah warga berusaha menyusuri lahan yang longsor untuk menyelamatkan harta milik mereka yang tersisa di Kabupaten Pariaman, Sumatera Barat (4/10). Data resmi yang dikeluarkan pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dinyatakan 285 orang meninggal dunia dan sekitar 85 persen rumah penduduk hancur akibat gempa 7,6 SR 30 September lalu. Sementara 360 orang dinyatakan hilang. (ANTARA/Aprilia)Disiarkan: Senin, 5 Oktober 2009 09:53 WIB
-0O0-
Air Bersih
Air Bersih
Sejumlah warga menggunakan sungai untuk kegiatan mandi dan mencuci di Sungai di kawasan Lubuk Minturung, Padang (4/10). Semenjak gempa tektonik berkekuatan 7,6 SR yang melanda Padang dan sekitarnya 30 September warga memadati pemandian tersebut menyusul matinya aliran air PAM kesejumlah permukiman. (ANTARA/Maha Eka Swasta)Disiarkan: Senin, 5 Oktober 2009 09:50 WIB
-0O0-
Mengungsi
Mengungsi
Seorang warga melewati badan jalan yang retak akibat gempa di Kampung Patambuan, Kab.Padang Pariaman, Sumbar, Sabtu (3/10). Para korban gempa terpaksa meninggalkan kampung halamannya karena bantuan tak kunjung datang untuk mengevakuasi korban yang tertimbun longsor akibat gempa tersebut. (ANTARA/Maril Gafur)Disiarkan: Minggu, 4 Oktober 2009 19:35 WIB
-0O0-
Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan Air Bersih
Warga mengantre mengambil air bersih di, Kampung Bandar Bakali, Padang, Sumatera Barat, Sabtu (3/10). Memasuki H+3 pascagempa Sumatera Barat dan sekitarnya warga korban gempa mulai kesulitan mendapatkan air bersih untuk dikonsumsi. (ANTARA/Ismar Patrizki)Disiarkan: Minggu, 4 Oktober 2009 19:33 WIB
-0O0-
Wapres Tinjau Korban Gempa
Wapres Tinjau Korban Gempa
Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan istri, Ny Mufidah Kalla, memperhatikan kerusakan akibat gempa yang menimpa salah satu sekolah, di Padang Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu (3/10). Kunjungan ke sejumlah lokasi gempa tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengidentifikasi dampak kerusakan akibat gempa 7,6 SR yang mengguncang kawasan Sumatera Barat dan sekitarnya pada Rabu (30/9). (ANTARA/Saptono)Disiarkan: Minggu, 4 Oktober 2009 14:28 WIB

-0O0-
Bantuan Garuda
Bantuan Garuda
Dirut Garuda Indonesia Emisyah Satar (kiri) menyerahkan bantuan kepada warga yang tertimpa musibah gempa tektonik berkekuatan 7,6 SR di Suro Gadang, Kecamatan Nagalo, Padang, Sabtu (3/10). Garuda mengirimkan tim medis dan barang bantuan kebutuhan mendesak seperti makan, tenda dan susu serta membantu mengangkut sebanyak 40 ton kargo yang digratiskan bagi para korban gempa. (ANTARA/Maha Eka Swasta)Disiarkan: Minggu, 4 Oktober 2009 14:26 WIB
-0O0-
Bongkar Muat Bantuan
Bongkar Muat Bantuan
Sejumlah petugas membongkar muat bantuan logistik makanan, di posko koordinasi bencana, di Kantor Gubernur Sumatera Barat, Padang, Sumatera Barat, Sabtu (3/10). Sejumlah bantuan dari berbagai pihak pasca gempa di Sumbar mulai mengalir ke Posko Penanggulangan Bencana Provinsi Sumbar. (ANTARA/Ismar Patrizki)Disiarkan: Minggu, 4 Oktober 2009 09:13 WIB
-0O0-
Bantuan SAR Asing
Bantuan SAR Asing
Sejumlah tenaga penyelamat dan tim dokter dari negara Swiss tiba di Bandara Internasional Minangkabau, Padang, Sumatera Barat, Jumat (2/10). Sejumlah negara sahabat telah mengirimkan bantuan sejumlah tenaga penyelamat, tim dokter, serta teknisi untuk membantu upaya evakusasi para korban dampak gempa bumi 7,9 SR di kota Padang dan sekitarnya. (ANTARA/Widodo S. Jusuf)Disiarkan: Sabtu, 3 Oktober 2009 19:29 WIB
-0O0-
Masjid Raya Ganting
Masjid Raya Ganting
Masjid tertua di Padang, Masjid Raya Ganting yang rusak akibat gempa, Padang, Sumatera Barat, Jumat (2/10). Berdasarkan data yang diperoleh dari Satkorlak Penanggulangan Bencana, hingga Jumat sore rincian jumlah korban gempa di Sumatra Barat yaitu, korban tewas 448 orang, luka berat 237 orang, luka ringan 2.099 orang, dan puluhan ribu bangunan rusak. (ANTARA/Ismar Patrizki)Disiarkan: Sabtu, 3 Oktober 2009 11:32 WIB
-0O0-
Shalat Jumat di Sumbar
Shalat Jumat di Sumbar
Sejumlah pria menjalankan ibadah Shalat Jumat di antara runtuhan bangunan, di halaman Masjid Raya Ganting, Padang, Sumatera Barat, Jumat (2/10). Rusaknya beberapa bagian bangunan pada masjid akibat gempa menyebabkan warga terpaksa beribadah di tempat terbuka, yaitu di halaman masjid tertua di Kota Padang tersebut. (ANTARA/Aditya Arbay)Disiarkan: Sabtu, 3 Oktober 2009 11:26 WIB
-0O0-
Gempa Sumbar
Gempa Sumbar
Warga keluar dari masjid seusai menjalankan ibadah Shalat Jumat, di Masjid Jami Muhammadiyah Ampang, di kawasan Ampang, Padang, Sumatera Barat, Jumat (2/10). Ribuan bangunan seperti rumah, fasilitas umum, perkantoran, toko, dan tempat peribadatan, hancur dan rusak akibat gempa berkekuatan 7,6 SR yang berpusat di lokasi 0.84 Lintang Selatan dan 99.65 Bujur Timur atau berada di arah 57 kilometer barat daya Pariaman, Sumatera Barat. (FOTO ANTARA/Ismar Patrizki)Disiarkan: Jumat, 2 Oktober 2009 20:19 WIB
-0O0-
Korban Gempa
Korban Gempa
Sejumlah korban gempa mendapat perawatan di tenda darurat yang didirikan di halaman Rumah Sakit Umum Daerah M Jamil, di Padang, Sumatera Barat, Jumat (2/10). Berdasarkan data yang diperoleh dari Satkorlak Penanggulangan Bencana, hingga Jumat sore rincian jumlah korban gempa di Sumatra Barat yaitu, korban tewas 448 orang, luka berat 237 orang, luka ringan 2.099 orang, dan puluhan ribu bangunan rusak. (FOTO ANTARA/Ismar Patrizki)Disiarkan: Jumat, 2 Oktober 2009 21:48 WIB
-0O0-
Bantuan Asing
Bantuan Asing
Seorang anggota tim penyelamat dari International Search and Rescue Advisory Group (INSARAG) Persatuan Bangsa Bangsa mengikuti proses evakuasi korban selamat yang tertimbun di reruntuhan Akademi Bahasa Asing Prayoga, di Padang, Sumatera Barat, Jumat (2/10). Puluhan sukarelawan asing dari berbagai lembaga internasional mulai berdatangan membantu upaya evakuasi dan penanganan korban pascagempa. (FOTO ANTARA/Ismar Patrizki)Disiarkan: Jumat, 2 Oktober 2009 16:56 WIB
-0O0-
Evakuasi Korban
Evakuasi Korban
Sejumlah petugas pemadam kebakaran berusaha mengevakuasi korban selamat yang tertimbun di reruntuhan Akademi Bahasa Asing Prayoga, di Padang, Sumatera Barat, Jumat (2/10). Lebih dari 470 warga ditemukan tewas, 300 warga luka parah, dan ribuan bangunan rusak akibat gempa berkekuatan 7,6 SR dengan kedalaman 71 kilometer yang melanda kawasan Sumatera Barat dan sekitarnya pada Rabu (30/9). (FOTO ANTARA/Ismar Patrizki)Disiarkan: Jumat, 2 Oktober 2009 16:55 WIB
-0O0-
Tinjau Lokasi Gempa
Tinjau Lokasi Gempa
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) meninjau bangunan Hotel Ambacang yang runtuh akibat guncangan gempa berkekuatan 7,9 SR di Padang, Sumatera Barat, Kamis (1/10). (FOTO ANTARA/Widodo S. Jusuf)Disiarkan: Kamis, 1 Oktober 2009 21:36 WIB
-0O0-
Evakuasi Korban
Evakuasi Korban
Sejumlah Prajurit TNI dan petugas SAR melakukan pencarian korban guncangan gempa dengan bantuan alat berat di reruntuhan gedung Hotel Ambacang, Padang, Sumatera Barat, Kamis (1/10). (FOTO ANTARA/Widodo S. Jusuf)Disiarkan: Kamis, 1 Oktober 2009 21:35 WIB
-0O0-
Cari Korban
Cari Korban
Sejumlah tim relawan dan Basarnas, TNI mencari korban yang terjebak di bawah lantai gedung saat mereka bimbingan belajar Gama, di Padang, Sumbar, Kamis (1/10). Sebanyak 478 korban tewas yang sudah dievakusi dan sekitar dua ratusan lebih lainnya masih terjebak dan tertimbun direruntuhan gempa tersebut. (FOTO ANTARA/Maril Gafur)Disiarkan: Kamis, 1 Oktober 2009 20:13 WIB
-0O0-
Antrean BBM
Antrean BBM
Ratusan warga mengantre membeli bahan bakar di salah satu SPBU, di Jalan Adinegoro, Padang, Sumatera Barat, Kamis (1/10). Pascagempa berkekuatan 7.6 SR yang mengguncang kawasan Sumatera Barat dan sekitarnya pada Rabu (30/9) warga mulai kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar minyak. (FOTO ANTARA/Ismar Patrizki)Disiarkan: Kamis, 1 Oktober 2009 19:44 WIB
-0O0-
Bangunan Runtuh
Bangunan Runtuh
Warga melintas di depan bangunan yang runtuh akibat gempa, di kawasan Kampung Cina, Padang, Sumatera Barat, Kamis (1/9). Hingga Kamis (1/9) sebanyak 300 lebih warga tewas akibat gempa berkekuatan 7,6 SR yang mengguncang kawasan Sumatera Barat dan sekitarnya pada Rabu (30/9). (FOTO ANTARA/Arif Pribadi)Disiarkan: Kamis, 1 Oktober 2009 19:23 WIB
-0O0-
Mengambil Yang Tersisa
Mengambil Yang Tersisa
Seorang ibu mengambil sisa-sisa barang dari rumahnya yang hancur akibat gempa di Padang, Sumbar, Rabu (30/9). Gempa berkekuatan 7,6 SR yang mengguncang Sumatera Barat sedikitnya telah menelan 75 korban. (ANTARA/Maril Gafur)Disiarkan: Rabu, 30 September 2009 23:20 WIB
-0O0-
Gempa Sumbar
Gempa Sumbar
Dua orang warga menyaksikan reruntuhan gedung akibat gempa di Padang, Sumbar, Rabu (30/9). Gempa berkekuatan 7,6 SR yang mengguncang provinsi itu sedikitnya telah menelan 75 korban jiwa. (ANTARA/Maril Gafur)Disiarkan: Rabu, 30 September 2009 23:16 WIB
-0O0-
Gempa Sumbar
Gempa Sumbar
Seorang warga melihat reruntuhan gedung akibat gempa di Padang, Sumbar, Rabu (30/9). Gempa berkekuatan 7,6 SR yang mengguncang provinsi itu sedikitnya telah menelan 75 korban jiwa. (ANTARA/Maril Gafur)Disiarkan: Rabu, 30 September 2009 23:13 WIB
-0O0-
Rapat Gempa
Rapat Gempa
Wapres Jusuf Kalla (kiri) didampingi (kanan-kiri) Panglima TNI Djoko Santoso, Mensos Bachtiar Chamsyah, Menkes Siti Fadilah Supari, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Menteri PU Djoko Kirmanto dan Dirut PLN Fahmi Muchtar menunjuk peta wilayah bencana gempa di Sumbar ketika menggelar rapat kabinet terbatas membahas masalah gempa Sumbar, di kediaman wapres, Jakarta, Rabu (30/9). Gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter itu menyebabkan kerusakan di beberapa tempat dan belum diketahui jumlah korban akibat bencana tersebut. (FOTO ANTARA/Saptono)Disiarkan: Rabu, 30 September 2009 21:36 WIB
-0O0-
Gempa 7,6 SR Guncang Sumbar
Gempa 7,6 SR Guncang Sumbar
Gempa tektonik berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Sumatra Barat (Sumbar) pada Rabu pukul 17:16 WIB. Keterangan yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa tersebut terjadi pada episentrum 0,84 lintang selatan (LS) dan 99,65 bujur timur (BT). Pusat gempa itu berada pada 57 km barat laut Pariaman pada kedalaman 71 kilometerDisiarkan: Rabu, 30 September 2009 18:32 WIB
—– 0O0 —–

7 Comments

    • putra deputra
    • Posted Oktober 5, 2009 at Senin, Oktober 5, 2009
    • Permalink

    turut berduka atas musibah yang menimpa saudara-saudara kita,dan bagi yg ditinggalkan semoga tabah dgn kejadian ini n bg yg sh pergi semoga diterima amal ibadah ny dsisi ALLAH SAW amin…

  1. AllahuAkbar hanya Allah lah yang tahu semua kejadian di atas muka bumi ini….

    • Eddy Djambako
    • Posted Oktober 7, 2009 at Rabu, Oktober 7, 2009
    • Permalink

    Saya kagum dengan ketegaran yang dialami oleh wartawati Surya Malang , Sdri Renni Susilawati, yang begitu tegar dan tabah menghadapi gempa yang memporak poranda bumi minang di Kota Padang/Kota Pariaman dan Kab Padang Pariaman.
    Semoga itu atas kehendak dari Allah, Innalilliahi wainna illahi rajiun , semoga yg meninggal mendapat mayti syahid, dan keluarga yang ditinggal tabah menghadi musibah yg tidak pernah dinginkan oleh siapapun juga.

  2. segala sesuatu yang terjadi telah tertulis lengkap didalam kitab suci al-qur’an.

    segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini pun telah ditetapkan olah sang pencipta kita,
    Subhanallah….
    musibah bencana alam ini bukanlah kebetulan, tetapi bencana ini adalah ketetapan dari kehendak Allah SWT.
    karena hanya dialah penguasa dan juga maha mengetahui…

    bencana ini merupakan teguran kepada kita, bencana ini juga sebagai pertanda bahwa Allah masih sangat menyayangi kita…
    Allah memberikan teguran seperti ini agar kita bisa lebih taat serta lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

    sungguh Allah adalah maha Kuasa…
    Rumah Murah

    • ennnnnnnnnnnnno
    • Posted Oktober 10, 2009 at Sabtu, Oktober 10, 2009
    • Permalink

    dengan segala ketulusan hati…
    turut berduka cita atas musibah gempa yang menimpa saudara kita di sumatra barat tanggal 2 juli 09 kemarin..
    semoga allah memberikan ketegaran dan kesabaran hati kepada saudara saudara kita disana…

    • Mr.Nunusaku
    • Posted Juni 8, 2010 at Selasa, Juni 8, 2010
    • Permalink

    Segala sesuatu ada wakrunya,
    Ada waktu untuk ketawa, dan ada waktu untuk menangis seta ada waktu bersedih.

    Allah yang maha esa dan yang maha Agung Dia berkata; PIKIRANMU BUKAN PIKIRAN-KU.
    DAN PIKIRANMU BUKAN PIKIRAN-KU.

    segala suatu akan ditentukan oleh DIA, ada yang lahir kebumi, dan ada yang tertanam kebumi. Akulah yang awal dan yang terakhir (Alfa dan Omega).

    Dan jika ada yang muncul lalu berkata;
    Akulah nabi terakhir dan penutup nabi,
    Yesus bersabda: waspadalah kamu, akan muncul nabi-nabi palsu akan menyesatkan kamu. Salah satu yang kita sudah mengenal ciri-ciri nabi palsu yaitu dari Arab siapa dia ? itulah Muhammad bin Abdulah yang berpenyakit jiwa, kata Ali Sina dari Iran

  3. Having read this I thought it was rather informative.
    I appreciate you finding the time and energy to put this content together.
    I once again find myself spending a lot of time both reading and posting comments.

    But so what, it was still worth it!


2 Trackbacks/Pingbacks

  1. […] Di sinilah pusat gempa sumatera barat | mbahjogo […]

  2. […] Di sinilah pusat gempa sumatera barat | mbahjogo […]

Tinggalkan komentar